Selasa, 16 Desember 2014

Asuhan Keperawatan Klien Trauma Mata



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Trauma mata merupakan masuknya benda asing yang keras atau tidak keras dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat, yang pada umumnya dari akibat tindakan sengaja atau tidak sengaja yang menimbulakan perlakuan mata yang terjadi pada pria dan wanita dan akhirnya dapat menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata (Ilyas S. , Ilmu Penyakit Mata, 2002).
Trauma mata disebabkan oleh faktor pekerjaan, kimia, dan umur. Penyakit trauma mata lama kelamaan bisa menimbulkan kebutaan sehingga dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, 2004).
Salah satu upaya penanggulangan trauma mata ialah dengan menghindari cedera yang dapat menimbulkan trauma pada mata. Untuk itu setiap orang harus menjaga keselamatan diri dalam bekerja dan beraktivitas agar penderita trauma mata menjadi rendah. Penanganan medisnya dengan jalan dioperasi (Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, 2004).














1.2         Rumusan Masalah
                 1.2.1               Bagaimana konsep teori dari trauma mata?
                 1.2.2               Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada trauma mata?

1.3         Tujuan
                 1.3.1               Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Sensori Dan Persepsi I yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan pada klien dengan Trauma Mata” meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, dan perencanaan.
                 1.3.2               Tujuan Khusus
1.             Untuk mengetahui definisi dari Trauma Mata.
2.             Untuk mengetahui klasifikasi dari Trauma Mata.
3.             Untuk mengetahui manifestai klinis dari Trauma Mata.
4.             Untuk mengetahui etiologi dari Trauma Mata.
5.             Untuk mengetahui patofisiologi dari Trauma Mata.
6.             Untuk mengetahui pathway dari Trauma Mata.
7.             Untuk mengetahui kompilkasi dari Trauma Mata.
8.             Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik dari Trauma Mata.
9.             Untuk mengetahui penatalaksanan medis pada Trauma Mata.

1.4         Manfaat Penulisan
1.4.1             Bagi individu
              Agar lebih memahami penyakit retinoblastoma serta dapat mengenali tanda-tandanya.
1.4.2             Bagi masyarakat umum
              Agar masyarakat awam mengetahui apa yang dimaksud dengan retinoblastoma.
1.4.3             Bagi dunia pendidikan
              Sebagai referensi bahan ajar dan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai penyakit retinoblastoma.
BAB 2
KONSEP TEORI

2.1         Definisi
Trauma mata ialah tindakan tidak sengaja yang menimbulkan perlukaan pada mata baik ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.
Trauma mata ialah masuknya benda asing yang keras atau tidak keras dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat (Ilyas S. , 2002).
Gambar 1 trauma yang terjadi pada mata

2.2         Klasifikasi
Menurut (Ilyas S. , Ilmu Penyakit Mata, 2002): Klasifikasi trauma mata sebagai berikut.
                      2.2.1          Trauma tumpul
Yaitu trauma yang diakibatkan benda keras atau lunak yang masuk ke dalam mata, mengenai mata yang keras (kencang) ataupun lambat.

1.         Trauma tumpul konjungtiva
a.         Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada setiap kelainan, demikian karena trauma mata.
b.        Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri apisklera.
2.         Trauma tumpul pada kornea
a.         Edema kornea yaitu trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema kornea.
b.        Erosi kornea rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang masuk membran basal.
Gambar 2 trauma tumpul pada kornea
3.         Trauma tumpul Uvea
a.         Iridoplegia yaitu trauma tumpul pada uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter pupil atau iridoplegia sehingga pupil menjadi lebar.
b.        Iridodialisi yaitu trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah.
c.         Hifemia atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan silisar.
                      2.2.2          Trauma tembus bola mata
Yaitu trauma yang terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata.
                      2.2.3          Trauma kimia
Yaitu trauma yang terjadi pada kecelakaan di dalam laboratorium, industri, pekerja yang memakai bahan kimia.
1.   Trauma asam
Bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan atau penggumpalan protein permukaan.
Gambar 3 trauma asam yang terjadi pada mata
2.   Trauma basa atu alkali
Bahan basa akan memberikan akibat sangat gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina.
Gambar 4 trauma basa yang terjadi pada mata


                      2.2.4          Trauma radiasi elektromagnetik
1.   Sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari, mengakibatkan katarak kortikal anterior-posterior.
2.   Sinar ultraviolet memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat.
3.   Sinar X dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya retina.
Gambar 5 trauma sinar X yang terjadi pada mata

2.3         Manifestasi Klinis
2.3.1   Gejala yang timbul menurut (Ilyas S. , 2004) :
1.    Tajam penglihatan menurun
2.    Tekanan bola mata rendah
3.    Bilik mata dangkal
4.    Bentuk dan letak pupil yang berubah
5.    Terlihatnya ada ruptur pada kornea dan sklera
6.    Terdapat jaringan yang proplaps, seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina
7.    Konjungtiva kemotis
2.3.2   Gejala yang tak biasa pada mata menurut (Suzanne C. Smeltzer, 2002):
1.    Nyeri pada mata
2.    Nyeri kepala menetap
3.    Nyeri disertai mata memerah, bengkak, atau kluar cairan (inflamasi dan cairan dari mata)
4.    Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang penglihatan, kilatan cahaya.
5.    Percikan atau bintik di depan mata.

2.4         Etiologi
Ada beberapa penyebab dari trauma mata menurut (Ilyas S. , Ilmu Penyakit Mata, 2002) :
2.4.1   Trauma tumpul pada mata
Misalnya disebabkan oleh benda-benda tumpul seperti pada saat olahraga terpukul bola, benturan dll.
2.4.2   Trauma tembus bola mata
Misalnya disebabkan oleh benda tajam dan runcing seperti pisau, peluru, mata pancing dll.
2.4.3   Trauma kimia
1.    Trauma asam
Misalnya disebabkan oleh bahan organik (asetat, forniat), dan organik anhidrat (asetat).
2.    Trauma basa
Misalnya disebabkan oleh H2SO4
2.4.4   Trauma radiasi elektromagnetik
Misalnya disebabkan oleh sinar ultra violet, sinar x, sinar inframerah.

2.5         Patofisiologi
Trauma yang terjadi bisa mengenai :
2.5.1   Palpebra
Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanen.
2.5.2   Saluran lakrimalis
Dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai ke rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mat.

2.5.3   Konjungtiva
Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan subkonjungtiva.
2.5.4   Sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan bola mata dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi injury.
2.5.5   Kornea
Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refleksi. Bisa juga tembus kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus.
2.5.6   Uvea
Bila ada luka dapat menyebabkan pengaturan banyaknya cahaya yang masuk sehingga muncul fotofobia atau penglihatan kabur.
2.5.7   Lensa
Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan daya refleksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tidak adekuat.
2.5.8   Retina
Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan benda melayang dalam badan kaca bisa juga teri oblaina retin

2.6        Pathway



2.7         Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada trauma mata menurut (Ilyas S. , Ilmu Penyakit Mata, 2002) :
2.7.1   Gloukoma
Kelianan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intra okuler di dalam bola mata sehingga lapang pandang mengalami gangguan dan visus mata menurun.
2.7.2   Ablasia retina
Akibat danya robekan pada retina sehingga cairan kimia masuk ke belakang dan mendorong retina atau terjadi penimbunan eksudet dibawah retina sehingga retina terangkat.
2.7.3   Infeksi
Infeksi bisa terjadi apabila perawatan yang dilakukan tidak adekuat.

2.8         Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada trauma mata menurut (Suzanne C. Smeltzer, 2002) :
2.8.1   Pemeriksaan tajam penglihatan
Dengan menggunakan snellens chart dan test brigshtess dilakukan untuk mengetahui ketajaman penglihatan, normalnya tajam penglihatan 6/6, sedangkan pada pasien trauma mata hanya 1/30.
2.8.2   Pemeriksaan lapang pandang
Dapt diperiksa dengan cara konfrontasi yaitu dengan cara meminta pasien untuk memejamkan salah satu matanya dan memfokuskan matanya pada salah satu tempat atau satu titik dihadapannya, pada pasien trauma mata pada bagian mata yang trauma maka lapang pandangannya agak sedikit kabur atau berkurang, namun pada mata yang normal lapang pandangan masih normal atau jelas.



2.8.3   Foto rontgen orbila
Dilakukan untuk memastikan adanya benda asing di dalam mata, pada trauma mata apabila terdapat benda asing yang masuk dalam mata maka akan terlihat dengan jelas.
2.8.4   Pengukuran tekanan IOL dengan tonography
Mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg).

2.9         Penatalaksanaan
Berikut penatalaksanaan menurut(Suzanne C. Smeltzer, 2002) :
2.9.1    Penatalaksanaan Medis
1.    Diberikan antibiotika topikal, mata ditutup dan segera dilakukan pembedahan oleh dokter.
2.    Diberikan atibiotik sistemik secara oral atau intravena, anti tetanus, analgesik dan sedative.
3.    Pembedahan untuk mengeluarkan benda asing pada bola mata.
4.    Anastesi lokal untuk penanganan trauma mata ringan.
2.9.2   Penata laksanaan perawat
1.    Perawatan pasca pembedahan.
2.    Meningkatkan nurtisi.
3.    Membantu pasien menyesuaikan diri terhadap ketidakmampuan melihat atau hampir tidak dapat melihat.
4.    Memberikan pendidikan dalam hal mata, keamanan mata, dan pencegahan penyakit mata.








BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1         Pengkajian
3.1.1   Jenis kelamin (banyak terjadi laki-laki); pekerjaan (tukang las, pegawai pabrik obat dll);
3.1.2   Riwayat Kesehatan
1.        Keluhan utama
Klien mengatakan adanya penurunan penglihatan, nyeri pada mata, dan keterbatasan gerak mata.
2.        Riwayat kesehatan sekarang
Selama kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit, klien merasa nyeri pada kedua matanya.
3.        Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah menderita penyakit tersebut.
4.        Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak memiliki penyakit seperti yang dialami pasien.
3.1.3   Fungsional Gordon
1.        Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit, intake makanan 3x sehari dan minum 6-8 gelas/ hari.
Selama sakit, intake makanan berkurang 2x sehari dan minum 5-7 gelas/ hari.
2.        Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien biasanya tidur pada pukul 21.00 malam dan bangun pukul 04.00 pagi.
Selama sakit klien mengalami gangguan pola tidur brhubungan dengan nyeri sendi yang diderita.
3.        Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit klien dapat melakukan aktivitas normal tanpa keluhan.
Selama sakit klien tiap kali melakukan aktivitas umum mengeluh sakit mata.
4.        Pola persepsi sensorik/ perseptual
Pasien mengatakan penglihatannya berkurang karena nyeri pada mata, pendengaran baik.
3.1.4   Pemeriksaan Fisik
1.        B3 (Brain)
Pasien merasa pusing atau nyeri karena adanya peningkatan TIO (Tekanan Intra Oral)
3.1.5   Pemeriksaan Khusus Pada Mata
1.    Visus : menurun atau tidak ada.
2.    Gerakan bola mata : terjadi pembatasan atau hilang sebagian pergerakan bola mata.
3.    Konjungtiva bulbi : adanya hiperemi atau adanya nekrosis.
4.    Kornea : adanya erosi, keratitis, sampai dengan nekrosis pada kornea.
3.1.6   Pemeriksaan Diagnostik
1.    Pengukuran tekanan IOL dengan tonography.
2.    Luas lapang pandang.
3.    Foto rontgen orbila.












3.2         Contoh Analisa Data
Pre Operatif
Data
Etiologi
Problem
DS  :Klien mengatakan matanya sakit
DO :               
P : akibat benturan dan bertambah saat terkena sinar matahari
Q : seperti ditusuk
R : nyeri menyebar sampai ke kening
S : skala nyeri 5

TTV :
N : 100x/ menit
T : suhu sekitar mata tersa lebih hangat
Perdarahan

Prolap jaringan bola mata
Nyeri.
DS  : Klien mengatakan pandangannya kabur
DO :               
a.         Klien tidak merespon gerakan lawan bicara
b.         Ketajaman penglihatan klien menurun
Hilangnya barier alamiah/ epitel kornea


Gangguan Sensori Perseptual
DS : Klien mengeluh apakah operasi yang dilakukan sakit atau tidak, klien terus menerus bertanya kapan operasi dilaksanakan
DO:
a.      Klien gelisah, selalu bertanya
b.     Tidak menuruti anjuran untuk  bedrest total
c.      Takikardi
Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan




Ansietas






Post Operatif
DS : Klien mengeluhkan masih terasa sakit setelah di operasi.
DO:
a.     Nyeri di sekitar mata.
b.     Kelopak mata bengkak dan kemerahan, terjadi radang.
c.     TTV :
T : meningkat
 TD : meningkat
Diskontinuetas jaringan sekunder terhadap pembedahan
Resiko infeksi

DS : Klien mengatakan tidak tahu cara perawatan luka setelah operasi
DO :
a.    Klien bertanya kepada perawat
b.    Klien mematuhi anjuran perawat   
Kurang pengetahuan tentang perawatan luka post operasi
Pendidikan Rendah

3.3         Diagnosa Keperawatan
3.3.1   Diagnosa Keperawatan Pre Op
1.     Nyeri b.d. prolaps jaringan bola mata
2.     Gangguan persepsi  sensori  melihat b.d. penurunan visus.
3.     Ansietas b.d. kurang pengetahuan dan  informasi terhadap prosedur pembedahan.
3.3.2   Diagnosa Keperawatan Post Op
1.    Resiko infeksi b.d. diskontuinitas jaringan sekunder dengan pembedahan.
2.    Kurangnya pengetahuan perawatan luka b.d. keterbatasan informasi.







3.4         Rencana Keperawatan
Nama pasien      :                                   Ruang/ kelas    :
Umur                 :                                   No. Reg           :
3.4.1   Pre Op
NO
TUJUAN/ KH
INTERVENSI
RASIONAL
1
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam dengan tujuan nyeri hilang atau terkontrol
KH :
1. Klien dapat mengekspresikan nyeri berkurang/ hilang.
2.  Klien aktif dalam melakukan tindakan yang diberikan perawat.
3. Klien dapat mendemonstrasikan tehnik relaksasi
4. Skala nyeri menurun menjadi 3
TTV
T : suhu sekitar mata normal
N : 80x/ menit
1.    Kaji derajat nyeri selama 3 jam, dan catat hasilnya.

2.    Berikan klien posisi nyaman, dengan posisi semi fowler.



3.    Lakukan kompres dingin pada sekitar mata.

4.    Kolaborasi dengan dokter pemberian TRUNAL-DX RETARD.
1.    Nyeri merupakan keluhan utama, akibat kerusakan kornea.
2.    Untuk meningkatkan kenyamanan, agar tidak terjadi tekanan berlebih di sekirat mata.
3.    Kompres dingin diperlukan untuk trauma mata akut, agar kondisi stabil.
4.    TRUNAL-DX RETARD berfungsi untuk menghilangkan nyeri akut.
2.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam dengan tujuan meningkatkan ketajaman penglihatan terhadap penurunan visus terjadi.
KH :
1.  Penglihatan klien tidak kabur.
2.  Klien aktif dalam melakukan tindakan yang diberikan perawat
3.  Mengurangi bahaya dalam lingkungan.
4.  Tajam penglihatan 5/5 atau 6/6
1.     Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah salah satu mata masih dapat melihat.

2.     Anjurkan pasien untuk bedrest.


3.     Bantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

4.     Kurangi penggunaan lampu yang terang.
1.    Untuk mengetahui keadaan umum antara kedua mata, tajam penglihatan dan lapang pandang.
2.    Untuk mengistirahatkan mata.
3.    Meringaankan pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari.

4.    Mencegah terjadinya pandangan kabur, dan iritasi mata.
3.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam dengan tujuan kecemasan menghilang/ berkurang.
KH :
1.  Klien mengatakan sudah mengerti tengtang prosedur pembedahan.
2.  Klien aktif dalam melakukan tindakan yang diberikan perawat.
3.  Klien dapat menerangkan kembali tentang penanganan yang akan dilakukan
4.  Klien nampak lebih tenang dan tidak gelisah
1.    Pantau respon fisik seperti takikardi dan gelisah.
2.    Terangkan kepada pasien tentang prosedur pembedahan.
3.    Berikan lingkungan tenang.




4.    Beritahu kepada keluarga untuk mendukung dan bedo’a untuk kesembuhan klien.

5.    Kolaborasi dengan dokter pemberian obat penenang.
1.    Untuk menentukan derajat cemas.

2.    Klien akan mengerti tentang prosedur yang akan dilakukan.
3.    Memberikan rasanyaman agar klien tidak memikirkan hal yang membuatnya cemas.
4.    Dengan danya dukungan dari keluarga klien akan lebih tenang.


5.    Obat penenang dapat menghilangkan cemas dan membuat klien tertidur.

3.4.2   Post Op
NO
TUJUAN/ KH
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam dengan tujuan tidak terjadi infeksi.
KH :
1.     Tidak ada tanta-tanda infeksi pasca bedah.
2.     Klien aktif dalam melakukan tindakan yang diberikan perawat.
3.     Klien tidak mengeluhkan sakit.
4.     TTV
T dan TD normal
1.Bersihkan area sekitar yang di operasi.


2.Beritahu pasien agar tidak membuka perban.


3.Anjurkan pasien makan makanan penuh dengan nutrisi.
4.Kolaborasi dengan dokter pemberian Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
1.     Untuk menghilangkan kuman dan bakteri yang timbul di luka.
2.     Sekitar area luka tidak terkontaminasi dengan udara kotor.
3.     Meningkatkan kesembuhan luka pasca bedah.

4.     OAINS untuk mencegah terjadinya infeksi yang lebih parah
2.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam dengan tujuan klien mengetahui prosedur perawatan.
KH :
1.    Klien memahami prosedur perawatan.
2.    Klien aktif dalam melakukan tindakan yang diberikan perawat.
3.    Klien mengerti tujuan perawatan yang diberikan.
4.    Klien mampu melakukan perawatan mandiri sesuai yang diajarkan.
1.     Jelaskan cara perawatan setelah operasi.

2.     Jelaskan kepada klien agar tidak menggunakan obat tetes mata sembarangan.

3.     Beritahu klien agar tidak membaca, menggunakan handpohe, dan meninton TV.

4.     Beritahu klien pada saat tidur untuk mengatur cahaya lampu.
1.    Agar klien mengerti tindakan yang akan dilakukan.
2.    Upaya pencegahan agar trauma tidak muncul kembali.



3.    Untuk memulihkan mata agar normal kembali.

4.    Pada saat tidur mata butuh istirahat dan tidak terelalu terkena caya terang.












BAB 4
PENUTUP

1.1         Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
4.1.1   Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata.
4.1.2   Klasifikasinya adalah Trauma akibat benda (trauma tumpul, trauma tajam, trauma peluru), Trauma bahan kimia (trauma khemis basa, Trauma Khemis asam), Trauma panas dan sinar (trauma termal, trauma bahan radioaktif).
4.1.3   Penatalaksanaannya meliputi irigasi, reepitalisasi kornea, mengendalikan proses peradangan, mencegah terjadinya infeksi, mengendalikan TIO, menurunkan nyeri : sikloplegik

1.2         Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien trauma mata, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan keluarga.
Dalam rangka mengatasi masalah resiko gangguan penglihatan pada klien trauma mata maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasiakan kebutuhan klien.